Senin, 22 Juli 2013

Surat An-Naba (ayat 1-16)


عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ {1} عَنِ النَّبَأِ الْعَظِيمِ {2} الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ {3} كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ {4} ثُمَّ كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ {5} أَلَمْ نَجْعَلِ اْلأَرْضَ مِهَادًا {6} وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا {7} وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا {8} وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا {9} وَجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا {10} وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا {11} وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا {12} وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا {13} وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَآءً ثَجَّاجًا {14} لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا {15} وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا {16}
Artinya :
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?(1). Tentang berita yang besar(2). Yang mereka perselisihkan tentang ini(3). Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui(4). Kemudian sekalikali tidak, kelak mereka akan mengetahui(5). Bukankah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan?(6). Dan gunung-gunung sebagai pasak(7). Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan(8). Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat(9). Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian(10). Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan(11). Dan Kami bangun di atas Kami tujuh buah (langit) yang kokoh(12). Dan Kami jadikan pelita yang amat terang(matahari)(13). Dan kami turunkan dari awan air yang bantak tecurah(14). Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan(15). Dan kebun-kebun yang lebat(16).   

            Melalui ayat-ayat tersebut, Allah membantah keras pertanyaan orang-orang musyrik yang mengingkari terjadinya Hari Kiamat: عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ عَنِ النَّبَأِ الْعَظِيمِ (Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar) Mengandung arti apakah mereka saling bertanya-tanya tentang perkara Hari Kebangkitan, padahal itu adalah suatu berita yang besar, yang menakutkan, mengejutkan, dan dahsyat.
            Qatadah dan Ibnu Zaid berkata: Berita yang besar itu adalah hari kebangkitan setelah kematian. Sementara Mujahid berkata: Berita besar itu adalah Al-Qur’an.
            Yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat pertama, yaitu beritan tentang Hari Kebangkitan setelah kematian, berdasarkan firman Allah setelah itu : الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ  (Yang mereka perselisihkan tentang ini) Manusia dalam merespon berita ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang percaya Hari Kebangkitan dan golongan yang mengingkari Hari Kebangkitan.
            Allah SWT lalu berfirman kepada golongan yang mengingkari Hari Kebangkitan: كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ,ثُمَّ كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ  (Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. Kemudian sekalikali tidak, kelak mereka akan mengetahui) Ini adalah ancaman yang keras serta janji yang amat dikuatkan.    
            Allah kemudian segera menerangkan kemampuan-Nya yang amat hebat dalam hal menciptakan segala sesuatu yang aneh dan ajaib yang menunjukkan kemampuan-Nya dalam melakukan segala sesuatu yang Dia kehendaki pada urusan-urusan Akhirat dan lain-lainnya: أَلَمْ نَجْعَلِ اْلأَرْضَ مِهَادًا  (Bukankah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan) ini berarti bumi disediakan sebagai tempat tinggal tetap semua makhluk, وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا  (Dan gunung-gunung sebagai pasak) Gunung-gunung itu dijadikan dengan memiliki pasak-pasak yang berfungsi menancapkan (mengokohkan) bumi agar tidak bergerak, sehingga tidak menggoncangkan makhluk-makhluk Allah yang ada di atasnya.
            وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا (Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan) Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, sehingga satu sama lain dapat saling menikmati, yang pada waktunya akan menghasilkan keturunan (dengan kenikmatan itu), sebagaimana firman Allah:
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
dan di antara tanda-tanda kekuasaan –Nya ialah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih saying.”(Qs. Ar-Ruum(30):21)
            وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا (Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat) Dalam artian, berhenti bergetak untuk mendapatkan istirahat, setelah banyak bekerja-mencari kehidupan-sepanjang siang. Ayat yang semakna dengan ayat ini adalah surah Al Furqaan ayat 47:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”
            وَجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا (Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian) Kegelapan malam serta hitamnya malam menutupi (menyelimuti) manusia, sebagaimana firman Allah:
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”. (Qs. Al-Lail (92):1)
            Menurut Qatadah, firman Allah: وَجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا (Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian) Maksudnya adalah ketenangan.
            وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا (Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan) Allah menjadikan siang mempunyai cahaya, agar manusia dapat berusaha, pergi bekerja, berniaga, serta lain-lainnya.
            وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا (Dan Kami bangun di atas Kami tujuh buah (langit) yang kokoh) Tujuh buah langit itu adalah langit yang luas dan tinggi, yang diciptakan secara bijaksana serta amat teliti, kemudian dihiasi dengan bintang-bintang yang berdiam dan yang bergerak. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا (Dan Kami jadikan pelita yang amat terang[matahari]) Matahari yang menyinari seluruh alam, yang sinarnya dapat menerangi seluruh penduduk bumi.
            وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَآءً ثَجَّاجًا (Dan kami turunkan dari awan air yang bantak tecurah) Al Aufa berkata dari Ibnu Abbas: Al Mu’shirat artinya Ar-riyah (angin).
            Ibnu Abi Hatim berkata: Abu Sa’id berkata kepada kami, Daud Al Hufri berkata kepada kami dari Sufyan, dari Al A’masy, dari Al Minhal, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata :   وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ (Dan kami turunkan dari Al Mu’shirat) maksudnya di turunkan dari angin.
            Ikrimah, Mujahid, Qatadah, Muqatil, Al Kalby, Zaid bin Aslam dan putranya Abburrahman, mengatakan bahwaAl Mu’shirat adalah Ar-riyah (angin), maksud firman Allah ini adalah, angin tersebut membawa hujan dari awan.
            Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas, dari Al Mu’shirat, mengatakan bahwa maksudnya adalah di turunkan dari As-sahab (awan). Begitu pula yang dikatakan oleh Ikrimah, Abu Al’Aliah, Adh-Dhahhak, Al Hasan, Ar-Rabi’bin Anas, Ats-Tsauri, dan Ibnu Jarir.
            Al Farra’ berkata: Al Mu’shirat adalah awan yang mengandung air hujan yang belum di turunkan ke bumi, sebagaimana diucapkan oleh wanita Mu’shif (wanita yang telah dekat masa haidnya, tetapi ia belum haid).
            Dari Al Hasan dan Qatadah, menyebutkan bahwa min al Mu’shirat adalah min assamawat (dari langit). Tapi ini pendapat yang aneh.
            Pendapat yang benar adalah yang mengatakan bahwa Al Mu’shirat maksudnya adalah awan, sebagaimana firman Allah:
اللهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَآءِ كَيْفَ يَشَآءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدَقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلاَلِهِ فَإِذَآ أَصَابَ بِهِ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya” (Qs. Ar-Ruum (30): 48) yaitu diantara celah-celah awan.
            Tentang firman Allah مَآءً ثَجَّاجًا Mujahid, Qatadah, dan Rabi’bin Anas berpendapat: Tsajjaja artinya Munshabba (tercurah). Ats-Tsauri berkata: Artinya Mutatabi’an (terus-menerus)”.
            Ibnu Zaid berkata: Artinya Katsiran (Banyak)
            Ibnu Jarir berkata: Dalam pembicaraan bangsa Arab, tidak ada istilah banyak turun hujan, karena istilah yang dipakai adalah air hujan yang tercurah terus-menerus. Beginilah yang dikatakan Ibnu Jarir. Saya katakana ini sama dengan sabda Rasulullah SAW,: “Sebaik-baiknya haji adalah dengan mengangkat suara tinggi-tinggi dan berpeluh keringat”. (HR. At-Tirmidzi [3/189, bab: Haji, no. 827], Ibnu Majah [2/945, bab: Manasik Haji, no. 2924], dan Ad-Darami [2/49, bab: manasik Haji, no. 1797] Hadist ini dinilai Hasan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, no.1101, bab: Al’Ajju [mengangkat suara saat membaca Talbiyah]. Ats-tsajju [mengeluarkan keringat peluh dari badan]). Juga sama dengan sabda beliau kepada kaum wanita Mustahadhah,
            “Hendaknya engkau membersihkannya dengan kapas” wanita itu lalu berkata, “Wahai Rasulullah, darah ini akan lebih banyak lagi.” Bahkan atsajj tsajja, maksudnya adalah terus-menerus mengalir. Semua keterangan ini menunjukkan makna haji atsajju, yang diartikan dengan curahan air yang banyak dan terus-menerus, wallahu a’lam.
            لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا (Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan Dan kebun-kebun yang lebat) dengan air yang banyak, baik, bermanfaat, dan penuh berkah ini, maka Kami (baca: Allah) akan mengeluarkan habban (biji-bijian yang disimpan untuk manusia dan binatang), dan nabatan (sayur mayor yang dimakan dalam keadaan segar). Dari air itu juga kami akan mengeluarkan janatin (kebun-kebun dan taman-taman beserta buah-buahnya, dengan berbagai macam bentuk, rupa, warna, aroma, dan rasa yang beraneka ragam). Semua buah-buahan itu tumbuh di satu tempat, yaitu di bumi, secara berkelompok. Oleh karena itu Allah berfirman وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا  
            Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa alfafan artinya mujtamatan (berkelompok). Senada dengan hal tersebut Allah berfirman,
وَفِي اْلأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَآءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar-Ra’d(13):4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar